A.
Asimilasi
Metabolisme
terdiri atas katabolisme dan anabolise. Katabolisme menghasilkan energi yang
kemudian akan dimanfaatkan untuk reaksi biosintesis (anabolisme). Produk
bisitesis ini berupa bahan organik kompleks seperti karbohidrat, protein, lipid yang digunakan
untuk membangun sel. Demikian pula hal nya yang terjadi pada mikroba. Baker
(1936) menunjukan bahwa oksidasi karbohidrat oleh organisme tertentu akan
menghasilkan oksigen yang berlimpah, tidak semua oksigen ini akan digunakan
untuk proses penyelesaian (mengasilkan CO2 dan H2O) akan
tetapi sebagian digunakan untuk asimilasi oleh sel. Baker menampilan reaksi
asimilasi asm asetat oleh Prototheca
zopfii:
Asam
asetat dioksidasi dan menghasilkan CO2 dan H2O serta
komponen yang memiliki rumus empiris karbohidrat. Baker menyimpulkan bahwa
proses asimilasi oleh Prototheca zopfii
adalh pelopor proses asiilasi oksidatif arbohidrat yang disimpan didalam sel. Clifton
(1937) melakukan penelitan dengan Pseudomonas
calcoacetica dan memperoleh kesimpulan yang sama dengan hasil yang
disimpulkan oleh Baker, yaitu:
(Salle, 1943)
Bahan organik itu dapat
dibentuk dengan melakukan asimilasi C atau fotosintesis dengan mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik menggunakan bantuan cahaya sebagai sumber
energi perubahnya. begitu pula pada bakteri yang berklorofil seperti ( bakterio
purpurin maupun bakterio khlorofil).
Dalam pembuatan energi dari bahan
anorganik menjadi bahan organik itu ternyata tidak selalu menggunakan energi
matahari . ada kelompok organisme yang mampu membuat bahan organik dari
anorganik itu tanpa menggunakan cahaya tetapi menggunakan energi dari hasil
reaksi kimia . lebih mudahnya melakukan anabolisme tanpa energi matahari yaitu
dengan menggunakan energi yang berasal dan hasil dari reaksi-reaksi kimia,
energi hasil reaksi kimia itu digunakan untuk membentuk bahan anorganik menjadi
bahan organik , peristiwa biologi tersebut dikenal dengan Kemosintesis. Contoh khemosintesis misalnya dalam :
- pembentukan sulfat oleh bakteri sulfur
- pembentukan nitrat oleh bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri NC.NS dan NB.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh
energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu. Bakteri besi memperoleh
energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri).
Pembentukan bahan organik nitrat
dari bahan anorganik NH3 Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh
energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat menjadi asam
nitrit dengan reaksi:
Organisme yang melakukannya disebut
kemoautotrof. Bakteri kemoautotrof ini akan mengoksidasi senyawa-senyawa
tertentu dan energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk asimilasi
karbon. ( ingat Reaksi gelap energi dapat dari Reaksi terang)
Contoh,
bakteri nitrit : Nitrosomonas, Nitrosococcus , NitrosoBacter spt reaksi diatas
contoh
lainnya : Bakteri belerang : Thiobacillus, Bagiatoa
2S + 2H2 O +
3O2 2H2 SO4 + 284, 4 kal.
Sebagaimana telah Anda ketahui,
bahwa sumber energi pada proses reaksi penyusunan (sintesis) molekul gula
(karbohidrat) dari molekul CO2 dan H2O yang berlangsung di dalam sel makhluk
hidup, adalah cahaya (foton) matahari, tetapi tidak semua makhluk hidup
menggunakan cahaya sebagaisumber energinya. Contohnya pada beberapa mikroorganisme seperti
bakteribelerang, bakteri nitrit, bakteri nitrat, dan bakteri besi memperoleh
energi dengan cara mengoksidasi senyawa kimia. Jadi, jika pada proses
penyusunanbahan organik yang menggunakan sumber energi dengan cara
pengoksidasian (pemecahan) senyawa kimia disebut kemosintesis.
Beberapa bakteri kemosintesis ini
mempunyai kemampuan seperti organism berklorofil, yaitu mampu membuat
karbohidrat dari bahan mentah anorganik, tetapi mereka tidak menggunakan energi
cahaya untuk melakukan hal itu. Pengubahan karbon dioksida menjadi karbohidrat
dapat pula terjadi dalam sel-sel hewan seperti pada sel-sel tumbuhan. Reaksi
"gelap" yang menentukan juga diketahui berlangsung dalam sel-sel
bakteri kemoautotrop. Mereka memperoleh energi dan elektron-elektron dengan
melaksanakan oksidasi beberapa substansi tereduksi yang ada di alam sekitarnya.
Energi bebas tersedia oleh oksidasi ini
kemudian digunakan untuk pembuatan karbohidrat. Bakteri belerang yang kemoautotrop
mengoksidasi H2S di tempat tinggalnya (mata air belerang) sehingga menghasilkan
energi. Reaksinya sebagai berikut.
2H2S + O2 →
2S + 2H2O ÄG = 100 kkal
Kemudian energi ini dapat mereka
pakai untuk mereduksi karbondioksida menjadi karbohidrat dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan bakteri belerang fotosintetik.
2H2S + CO2 →
(CH2O) + H2O + 2S
Kelompok bakteri kemoautotrop
lainnya ialah bakteri besi. (mereka bertanggung jawab atas sisik
kecoklat-coklatan yang terbentuk di dalam tangki air atau toilet kakus). Mereka menyelesaikan oksidasi senyawa besi
yang teroksidasi sebagian dan mampu merangkaikan energi yang dihasilkan
oksidasi ini untuk mensintesis karbohidrat. Bakteri nitrifikasi juga
kemoautotrof, mereka melakukan oksidasi NH3 yang dihasilkan dari protein oleh
bakteri heterotrof dari hasil perombakan menjadi nitrat. Oksidasi ini
menghasilkan energi untuk mendorong reaksi sintesis bakteri tersebut. Nitrat yang dihasilkan menyediakan keperluan
nitrogen bagi tumbuhan. (Anshori, 2011)
Ada dua macam energi yang digunakan
oleh makhluk hidup:
1.
Sinar matahari.
Organismanya disebut dengan organisma fotosintesis atau di kenal juga dengan
organisma fototrofik.
2.
Oksidasi senyawa kimia.
Organismanya disebut dengan organisma kemosintesis kemotrofik atau
autotrofik
Fotosintesis ada 2 macam, yaitu:
1.
Fotosintesis tipe Cynobacteria. Fotosintesis
tipe ini sama dengan fotosintesis yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi
dengan keseluruhan reaksi adalah.
CO2
+ 2H2O ……sinar matahari…… H2O + [ CH2o ]n + O2
klorofil
dimana
pada sistem fotosintesis ini terdapat 2 fotosistem yaitu fotosistem (PS) I dan
II. Aliran elektron dari PS II ke PS I selanjutnya mengubah NADP+ menjadi
NADPH. Aliran eletktron yang demikian dikatakan noncyelic phosphorilation.
2.
Fotosintesis tipe Noncyanobacteria. Kelompok
bakteri ini tidak memiliki fotosistim II untuk menfotolisis H2O. Dengan demi
kian bakteri ini tidak pernah menggunakan air sebagai reduktan sehingga oksigen
tidak pernah di hasilkan dari fotosintesis. Fotosintesis yang demikian
berlangsung dalam keadaan anaerob, sehingga dikenal dengan fotosintesis
anaerob. Jadi organisma ini memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor
hidrogennya Persamaan reaksi secara umum adalah:
Sinar matahari
CO2
+2H2A……………………….H2O + [CH2O]n + 2A
klorofil
Berdasarkan tipe
pada reduktan dan pigmen fotosintesisnya kelompok bakteri ini dapat di bagi
menjadi 3 family yaitu Chlorobiceae,Ceomaticeae, dan
rhodospirillaceae.
1.
Chlorobiceae. Disebut
juga dengan green-sulfur bacteria. Bacteri ini juga di gunakan hidrogen dan
beberapa senyawa mengandung sulfat sebagai reduktanya.
2.
Chromaticeae. Pada
prinsipnya sama dengan Chomaticeae tetapi pigmen yang dimilikinya tidak hijau
melainkan merah- jingga disebut dengan purle- surful- bacteria.
3.
Rhodospirillaceae.
Bakteri ini menggunakan hidrogen dan berbagai senyawa organik sebagai reduktan
. contoh: Rhodospirillum, Rhodopseudomonas.
B.
Sintesis
Asam Nukleat
Kromosom
yang kita kenal, sesungguhnya adalah rantai DNA (dioxiribo nucleic acid = asam
dioksiribo nukleat) yang pada organisme
tingkat tinggi (tumbuhan dan hewan) diselubungi oleh suatu jenis protein yang
disebut histon. DNA merupakan bahan
genetik yang menyimpan informasi genetik
(sifat menurun ke generasi berikutnya)
dan dapat dipindahkan. Avery pada tahun 1941 mampu mengubah bakteri Pneumococcus yang tidak beracun menjadi
bakteri yang menghasilkan toksin
(racun) dengan cara menambah ekstrak DNA bakteri beracun. Hal tersebut
membuktikan bahwa DNA bakteri yang beracun tersebut dapat dipindahkan
(ditransformasikan) sifat-sifatnya kepada DNA bakteri generasi baru. Dengan demikian disimpulkan bahwa bahan
yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat individu bakteri tersebut
adalah DNA.
Sintesis DNA yang akan diteruskan
ke sel keturunan menyediakan mekanisme
untuk pembuatan salinan yang tepat melalui penggunaan basa komplementer. Dalam
heliks ganda, setiap adenin
pada benang I berpasangan dengan timin sebagai komplementernya pada
benang II, sedangkan guanin dengan sitosin.
Apabila benang I
(b1) direplikasi, maka dihasilkan benang tunggal (b2a) yang identik dengan
benang II (b2), dan sebaliknya apabila benang II (b2)
direplikasi maka akan dihasilkan benang tunggal (b1a) yang identik benang I
(b1). Hasil akhir merupakan dua benang heliks yang masing-masing mengandung
satu benang pencetak asli dan satu benang baru. Arah replikasi DNA hanya pada C5 ke C3 sehingga hanya satu benang yang dapat direplikasi secara utuh dan benang
antiparalelnya direplikasi sepotong-sepotong kemudian disambung oleh ensim
DNA-ligase.
Pada sintesis
RNA, benang DNA positif digunakan sebagai
pencetak bersama polimerase. Jika benang DNA positif mempunyai
urutan ATGCTAACG, maka akan menghasilkan
RNA dengan urutan UACGAUUGC.
Proses pencetakan RNA dari benang
DNA positif ini disebut transkripsi yaitu proses penyalinan pesan DNA kepada
benang RNA melalui basa komplementer nukleotida RNA dengan DNA pencetak. Benang
baru RNA ini membawa pesan dari DNA untuk pembuatan protein sehingga disebut
RNA pesuruh (m-RNA). Proses
sintesis protein yang diarahkan oleh m-RNA disebut translasi,
yaitu proses pengarahan sintesis protein dari pesan yang dibawa oleh m-RNA.
Pesan atau informasi yang dibawa oleh
m-RNA diterjemahkan dalam urutan asam amino. Setiap rangkaian berurutan
tiga nukleotida (triplet) dalam m-RNA disebut kodon yaitu seri tiga nukleotida
yang berurutan dalam molekul asam
nukleat yang membawa pesan satu asam amino dalam polipeptida. Sebagai contoh,
UAC membentuk kodon bagi asam amino tirosin, UCA serin, CAU histidin, dan CUA
leusin. (Purnomo, 2004)
C.
Sintesis
Peptidoglikan
Peptidoglikan
(murein atau mukopeptide) adalah suatu makromolekul raksasa berupa polimer yang
berbentuk kantung tunggal yang tersusun oleh jaringan lintasanya. Peptidoglikan adalah yakni
polisakarida yang berikatan dengan protein. Adanya peptidoglikan
memberikan bentuk yang kaku pada dinding sel bakteri. Pada bakteri gram positif
mengandung peptidoglikan dalam proporsi yang besar, sedangkan pada bakteri gram
negatif proporsi peptidoglikannya jauh lebih kecil. Perbedaan struktur dinding
sel bakteri berdasarkan peptidoglikannya dapat terlihat sebagai berikut:
Peptidoglikan
pada masing- masing bakteri bervariasi dalam komposisi kimiawinya.
Peptidoglikan terdapat dalam sel kering
sekitar 2-4% dari berat keringnya. Suatu peptidoglikan terdiri dari:
a. Asam
amino yang berikatan (peptida)
b. Glukosa
( N-Asetil D-Glukosamin (NAG))
c. Asam
muramat (N-Asetil D-Muramat (NAM))
Unit peptidoglikan terikat pada gugus karboksil asam laktat
dari M ke ujung amino suatu tetra peptida, sehingga membentuk hubungan lintas
(cross linkied) yang berkesinambungan. Sebagian besar bakteri gram positif
memiliki asam amino ketiga berupa lisin
sedangkan sebagian besar bakteri negatif berupa asam diaminophimelat.
Suatu struktur peptidoglikan yaitu:
Sintesi
peptidoglikan pada bakteri secara umum adalah:
Sintesis
peptidoglikan merupakan proses pembentukan makromolekul yang kompleks yang berhasil dipelajari dengan baik pada
bakteri Gram Positif. Dua buah carrier terlibat antara lain: uridin difosfat
(UDP) dan Bactoprenol. Bactoprenol merupakan alcohol yang
memiliki panjang rantai karbon sebanyak 55 atom C karbon yang melekat pada NAM
melalui sebuah gugus pirofosfat dan
memindahkan komponen peptidoglikan melewati membran hidrofobik.
Secara keseluruhan proses sintesis peptidolikan melibatkan
delapan tahapan, yang antara lain adalah :
a. Derivate
UDP pada asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat disintesis di dalam
sitoplasma.
b. Asam
amino secara berurutan ditambahkan ke UDP-NAM untuk membentuk rantai
pentapeptida (dua ujung D-alanin ditambahkan sebagai sebuah dipeptida).
c. NAM-pentapeptida
ditransfer dari UDP ke sebuah bactoprenol fosfat pada permukaan membran.
d. UDP-NAG
menambahkan NAG ke NAM-pentapeptidauntuk membentuk unit peptidoglikan yang
berulang. Jika sebuah jembatran interpeptida pentaglisin diperlukan, glisin
akan ditambahkan dengan menggunakan molekul tRNA glisil yang khusus, bukannya
ribosom.
e. Unit
berulang Peptidoglikan NAM-NAG yang sudah lengkap kemudian ditransportasikan
melalui membran ke permukaan sebelah luarnya dengan carrier bactoprenol
pirofosfat.
f. Unit
peptidoglikan kemudian dilekatkan pada ujung rantai peptidoglikan yang sedang
tumbuh untuk memperpanjang dengan satu unit peptidoglikan yang berulang.
g. Carrier
bactoprenol kembali ke dalam membran. Sebuah fosfat kemudian dilepaskan selama
proses ini untuk memberikan fosfat pada bactoprenol, yang nantinya akan mampu
menerima NAM-pentapeptida yang lain.
h. Akhirnya,
hubungan silang peptida antara dua peptidoglikan terbentuk melalui tanspeptidasi.
ATP digunakan untuk membentuk ujung ikatan peptida di dalam membran. Tidak ada
lagi ATP yang diperlukan ketika transpeptidasi terjadi di luar. Proses yang
sama terjadi ketika sebuah jembatan dilibatkan ; hanya gugus yang bereaksi
dengan sub terminal D-alanin yang membedakan.
Menurut diagram tersebut langkah-langkah sintesis
peptidoglikan adalah sebagai berikut
- Biosintesis dimulai dengan pembentukan formasi UDP-MurNAc melalui kondensasi dari fosfoenol piruvat dengan UDP-GlcNAc dan kemudian dilanjutkan dengan reduksi urutan penambahan dari L-Ala, D-Glu, m-DAP dan D-Ala menghasilkan sebuah formasi dari UDP-MurNAc-pentapeptida. Penambahan setiap asam amino membutuhkan ATP spesifik yang tergantung pada ligase asam amino dan pada akhirnya dua asam amino (D-Ala-D-Ala) ditambahkan sebagai unit dipeptida. Enzim-enzim sitoplasmik mengakomodasi semua reasksi ini.
- Sebuah membran tranlokase memindahkan MUrNAc-pentapeptida pada undecaprenil (C55) fosfat ( atau dikenal sebagai bactoprenol fosfat) pada permukaan sebelah dalam dari membran dalam. Lipid tersebut mirip dengan darrier dolichol pada eukariotik yang digunakan dalam sintesis glikan. Produk akhir yang disebut dengan lipid I terdiri dari ikatan pirofosfat.
- Sebuah transferase pada permukaan yang sama pada membrane dalam kemudian mentransfer asam N-Asetilglukosamin dari UDP-GlcNAc ke undecaprenil-pirofosfat-MurNAc-pentapeptida. Lipid ytang terpaut pada disakarida pentapeptida disebut dengan muropeptida atau lipid II dan terdapat pada subunit dasar pada bangunan peptidoglikan.
- Lipid undekaprenol berperan untuk memindahkan subunit muropeptida menyebrangi membrane dalam. Gen penentuan bentuk telah diidentifikasi bahwa akan mempengaruhi pembentukan/ sintesis dinding selm kemungkinan dengan meregulasi reaksi pemindahan ini. Sekali tereorientasi ke permukaan periplasmik pada membrane plasma, muropeptida akan ditransfer sekaligus untuk menghasilkan peptidoglikan pada sebuah reaksi transglikosilasi. Dua mekanisme ini telah diusulkan untuk kedua reaksi ini : tumbuh dari ujung yang mereduksi (dimana gugus OH ke 4 dari residu asam N-asetilglukosamin nonmereduksi menyerang ikatan MurNAc fosfat dari sebuah rantai peptidoglikan telanjang memindahkan undekaprenil pirofosfat) atau tumbuh dari ujung yang tidak mereduksi (nonmereduksi) (dimana ujung N-aestilglukosamin tidak mereduksi dari rantai peptidoglikan telanjang menyerang ikatan MurNAc fosfat dalam sebuah subunit, dan lagi dengan pembebasan undekaprenil pirofosfat).
- Undekaprenil-pirofosfat kemudian memutuskan satu gugus fosfatnya, yang memungkinkannya untuk melakukan transfer yang berulang lagi.
- Mekanisme pengendalian panjang rantai belum diketahui secara pasti. Pelepasan rantai peptidoglikan yang baru dipasangkan ke formasi 1,6-anhidroMurNAc pada ujung rantai yang mereduksi. Pelepasan rantai peptidoglikan yang baru diikuti dengan pembentukan inter-rantai hubungan silang melalui transpeptidasi yang membelah pada ujung residu D-Alanin dan menghasilkan dalam transfer pembebasan gugus karboksil pada ujung residu D-Alanin yang baru ke gugus amino pada sebuah unit asam m-DAP dari strand tetangga. Dan struktur terakhir terdiri dari hubungan silang tetrapeptida yang terletak pad tengah-tengah sub-unitnya.
Pada Escerichia coli dan Staphylococcus aureus bentuk
peptidoglikannya adalah sebagai berikut:
Sintesis
peptidoglikan dimulai dari pengikatatan diamino-gula ke pembawa lipid,
dilanjutkan transfer amino gula dari sisi sitoplasma ke sisi periplasma yang
dilakukan oleh pembawa lipid yang terbenam di membrane sel, polimerisasi setiap
diamino-gula, dan terakhir pembentukan cross-link peptide. Pembawa lipid
disebut undakaprenil fosfat atau baktoprenol. Undakaprenil fosfat adalah
senyawa C55 isoprenoid fosfat. Undekaprenil fosfat bulan saja pembawa
amino-gula, tetapi juga sebagai pembawa precursor lain dalam sintesis dinding
sel, misalnya asam tteikoat dan lipopolisakarida. Prekursor dekaprenil difosfat
adalah isopentanill difosfat.
Undekaprenil
fosfat (lipid-P) yang melekat di sisi sitoplasma membrane sel memutus UMP dari
UDPmuramil pentapeptida dan mengikat muramil fosfat pentapeptida, sehingga
membentuk kompleks lipid-PP-muramil pentapeptida (lipid-PP-M). Lipid-PP-M
memutus UDP dari UDP Asetilglukosamin dan mengikat asetilglukosamin(ikatan
B-1,4), sehhingga menghasilkan lipid-diamino-gula (lipid-PP-M-G). Lipid
diamino-gula ditransfer dari sisi sitoplasma ke sisi periplasma secara difusi.
Kembali terjadai sintesis lipid-diamino-gula. Lipid-diamino-gula ditransfer
dari sisi sitoplasma ke sisi periplasma. Dua lipid-diamino gula sekarang ada di
sisi periplasma dan melakukan polimerasi, sehingga menghasilkan
lipid-tetraamino-gula (Lipid-PP-M-G-M-G) dan melepaskan lipid-PP (undekaprenil
pirofosfat). Proses polimerasi berlanggsung terus sampai diperoleh panjang yang
diinginkan. Lipid-PP mengalamai hidrolisis oleh undekaprenil pirofosfat
membrane sel, mengakibatkan fosfat anorganik terlepas, sehingga terbentuk
lipid-P (undekaprenil fosfat). Lipid P menangkap amino-gula untuk sintesis
lipid-diamino-gula baru. Pada E.coli undekaprenil piroposfat fosfatase
disintesis dari gen bacA. Akan tetapi, penghambatan itu tidak letal.
Pembentukkan
ikatan silang (cross-link) peptide memerlukan energy. Reaksi transpeptidasi
terjadi pada residu amino ke-3 dengan residu amino ke-4. Gugus amin residu
amino ke-3 salah satu polimer peptidoglikan menyerang gugus karbonil residu
amino ke-4 peptidoglikan lainnya. Reksi tersebut melepaskan 2 molekul residu
amino ke-5. Reaksi transpeptidasi dihambat oleh penisislin dan antibiotika
beta-laktam.
Pola
Pembentukan Dinding Sel
Untuk dapat tumbuh dan membelah secara efisien sebuah sel
bakteri harus menambahkan peptidoglikan yang baru pada didnding selnya secara
tepat dan diatur dengan baik ketika sedang mempertahankan bentuk dinding dan
kekompakan dalam keadaan tekanan osmotic yang begitu tinggi. Karena pada
prinsipnya peptidoglikan dinding sel adalah sebuah selapis jaringan kerja yang
begitu luas, maka bakteri yang sedang tumbuh harus bisa mendegradasi
petidoglikan untuk pembentukan unit peptidoglikan yang baru. Dan juga perlu untuk
mereorganisasi struktur peptidoglikan ketika keadaan memang membutuhkan.
Digesti peptidoglikan yang terbatas ini dipenuhi oleh enzim yang dikenal
sebagai Autolisin yang beberapa menyerang rantai polisakarida
sedangkan yang lainya menyerang hubungan peptida silang. Inhibitor autolysin
menjaga aktivitas enzim ini dengan pengawasan yang ketat.
Walaupun pola distribusi sintesis dinding sel bervariasi pada
masing-masing spesies, ada dua pola umum yang utama. Banyak bakteri Gram
positif kokkus hanya memiliki satu zona hingga sedikit wilayah tumbuh. Prinsip
dari zona tumbuh ini biasannya pada sisi formasi septa, dan setengah dari sel
baru disintesis back-to-back. Pola kedua sintesis adalah terjadi pada bakteri
bacil atau bakteri yang berbentuk batang. Sintesis aktif peptidoglikan terjadi
pada formasi septum sama seperti sebelumnya, akan tetapi sisi tumbuh juga
tersebar disepanjang porsi silindris pada batang. Sintesis harus memperpanjang
bentuk batang untuk membagi mereka. Sekiranya ini sedikit laporan tentang perbedaan
pola perkembangan dinding.
Bakteri merupakan organisme prokariotik yang memiliki dinding
sel yang tersusun dari peptidoglikan. Hal ini berbeda dengan tumbuhan yang
dinding selnya tersusun dari selulosa, pektin, maupun lignin. Dinding sel
bakteri memiliki struktur yang agak kaku yang terletak di luar membran sel.
Peranan dinding sel tersebut adalah untuk mempertahankan bentuk sel dan
mencegah sel mengalami lisis.
Pada
dinding sel bakteri gram positif memiliki molekul tambahan berupa asam teikoat
yang terdiri atas gliserol, fosfat, dan ribitol gula alkohol dalam bentuk
polimer dengan panjang 30 unit. Polimer-polimer tersebut terkadang memanjang
sampai keluar dari dinding sel dan kapsul (Gambar 3). Pada bakteri gram
positif memiliki lapisan peptidoglikan yang relatif tebal dengan ukuran
20-80 nm. Lapisan peptidoglikan tersebut menempel pada permukaan luar membran
sel. Bakteri jenis ini tidak memiliki membran luar maupun ruang periplasmik.
Sehingga dengan menggunakan pewarnaan gram (Hans Christian Gram), maka bakteri
ini akan nampak berwarna ungu.
Adapun
pada bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan
dengan bakteri gram positif. Komposisi peptidoglikan sekitar 10-20% dan sisanya
berupa polisakarida, protein, dan lipid. Dinding sel terdiri atas membran luar
yang menyusun permukaan luar dinding dan berbatasan dengan ruang periplasmik
yang sangat sempit (Gambar 4). Pada pewarnaan gram, bakteri ini tidak bisa
mempertahankan warna kristal violet pada tahap dekolorisasi. Hal ini dikarenakan
dinding selnya sangat tipis dan jumlah lipoprotein serta lipopolisakarida
banyak pada dinding sel.
REFERENSI
Anshori, Fitrah.
2011. “Kemosintesis”. http://biologi-news.blogspot.com/2011/01/kemosintesis.html.
diakses pada 27 Oktober 2012
Priani, Nunuk. 2003. “Metabolisme Bakteri”. USU Digital Library
Purnomo, Bambang. 2004. “Bahan Kuliah
Dasar-dasar Mikrobiologi”.
Salle, A. J. 1943. “Fundamental Principle of Bacteriology”
New York and London: Mc GRAW-HILL BOOK COMPANY Inc.
0 komentar:
Posting Komentar