Senin, 12 November 2012

ASIMILASI, SINTESIS ASAM NUKLEAT DAN PEPTIDOGLIKAN MIKROBA




A.    Asimilasi
            Metabolisme terdiri atas katabolisme dan anabolise. Katabolisme menghasilkan energi yang kemudian akan dimanfaatkan untuk reaksi biosintesis (anabolisme). Produk bisitesis ini berupa bahan organik kompleks seperti  karbohidrat, protein, lipid yang digunakan untuk membangun sel. Demikian pula hal nya yang terjadi pada mikroba. Baker (1936) menunjukan bahwa oksidasi karbohidrat oleh organisme tertentu akan menghasilkan oksigen yang berlimpah, tidak semua oksigen ini akan digunakan untuk proses penyelesaian (mengasilkan CO2 dan H2O) akan tetapi sebagian digunakan untuk asimilasi oleh sel. Baker menampilan reaksi asimilasi asm asetat oleh Prototheca zopfii:
            Asam asetat dioksidasi dan menghasilkan CO2 dan H2O serta komponen yang memiliki rumus empiris karbohidrat. Baker menyimpulkan bahwa proses asimilasi oleh Prototheca zopfii adalh pelopor proses asiilasi oksidatif arbohidrat yang disimpan didalam sel. Clifton (1937) melakukan penelitan dengan Pseudomonas calcoacetica dan memperoleh kesimpulan yang sama dengan hasil yang disimpulkan oleh Baker, yaitu:
(Salle, 1943)
Bahan organik itu dapat dibentuk dengan melakukan asimilasi C atau fotosintesis dengan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik menggunakan bantuan cahaya sebagai sumber energi perubahnya. begitu pula pada bakteri yang berklorofil seperti ( bakterio purpurin maupun bakterio khlorofil).
Dalam pembuatan energi dari bahan anorganik menjadi bahan organik itu ternyata tidak selalu menggunakan energi matahari . ada kelompok organisme yang mampu membuat bahan organik dari anorganik itu tanpa menggunakan cahaya tetapi menggunakan energi dari hasil reaksi kimia . lebih mudahnya melakukan anabolisme tanpa energi matahari yaitu dengan menggunakan energi yang berasal dan hasil dari reaksi-reaksi kimia, energi hasil reaksi kimia itu digunakan untuk membentuk bahan anorganik menjadi bahan organik , peristiwa biologi tersebut dikenal dengan Kemosintesis.  Contoh khemosintesis misalnya dalam :
  1. pembentukan sulfat oleh bakteri sulfur
  2. pembentukan nitrat oleh bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri NC.NS dan NB.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu. Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri).
Pembentukan bahan organik nitrat dari bahan anorganik NH3 Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO-acqTZylT29bLf-v96t22rhOhsxBtDClKnR9jyoyRYFcOs2DlU8qZ8m8xOiD2fiKtJ6MhTq78Ea8mNpSsfC5e6S3sTgLhjhka3cE3fm9O16KhGkmDl9JEpsVWyaJNwFwXaeCS7divxhc/s400/KEMOSINTESIS+NITRIFIKASI.bmp
Organisme yang melakukannya disebut kemoautotrof. Bakteri kemoautotrof ini akan mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu dan energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk asimilasi karbon. ( ingat Reaksi gelap energi dapat dari Reaksi terang)
Contoh, bakteri nitrit : Nitrosomonas, Nitrosococcus , NitrosoBacter spt reaksi diatas
contoh lainnya : Bakteri belerang : Thiobacillus, Bagiatoa

2S + 2H2 O + 3O2 2H2 SO4 + 284, 4 kal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjghX_UNNkPV2k3kIZrGwuZZukL40hj963nKK_LTtXPmVPDlGvwher3GIgWFf7sHgV1Ztp_KWQCjqFnqDvsQpAkzsC9kMlZV4hHqcJWAOEqr53WSYb9XZokyX3GtQZAedws23Jn8XUuM2TE/s400/kemosintesis.bmp
Sebagaimana telah Anda ketahui, bahwa sumber energi pada proses reaksi penyusunan (sintesis) molekul gula (karbohidrat) dari molekul CO2 dan H2O yang berlangsung di dalam sel makhluk hidup, adalah cahaya (foton) matahari, tetapi tidak semua makhluk hidup menggunakan cahaya sebagaisumber energinya.  Contohnya pada beberapa mikroorganisme seperti bakteribelerang, bakteri nitrit, bakteri nitrat, dan bakteri besi memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa kimia. Jadi, jika pada proses penyusunanbahan organik yang menggunakan sumber energi dengan cara pengoksidasian (pemecahan) senyawa kimia disebut kemosintesis.
Beberapa bakteri kemosintesis ini mempunyai kemampuan seperti organism berklorofil, yaitu mampu membuat karbohidrat dari bahan mentah anorganik, tetapi mereka tidak menggunakan energi cahaya untuk melakukan hal itu. Pengubahan karbon dioksida menjadi karbohidrat dapat pula terjadi dalam sel-sel hewan seperti pada sel-sel tumbuhan. Reaksi "gelap" yang menentukan juga diketahui berlangsung dalam sel-sel bakteri kemoautotrop. Mereka memperoleh energi dan elektron-elektron dengan melaksanakan oksidasi beberapa substansi tereduksi yang ada di alam sekitarnya.  Energi bebas tersedia oleh oksidasi ini kemudian digunakan untuk pembuatan karbohidrat.  Bakteri belerang yang kemoautotrop mengoksidasi H2S di tempat tinggalnya (mata air belerang) sehingga menghasilkan energi. Reaksinya sebagai berikut.
2H2S + O2 2S + 2H2O ÄG = 100 kkal
Kemudian energi ini dapat mereka pakai untuk mereduksi karbondioksida menjadi karbohidrat dengan cara yang sama seperti yang dilakukan bakteri belerang fotosintetik.
2H2S + CO2 (CH2O) + H2O + 2S
Kelompok bakteri kemoautotrop lainnya ialah bakteri besi. (mereka bertanggung jawab atas sisik kecoklat-coklatan yang terbentuk di dalam tangki air atau toilet kakus).  Mereka menyelesaikan oksidasi senyawa besi yang teroksidasi sebagian dan mampu merangkaikan energi yang dihasilkan oksidasi ini untuk mensintesis karbohidrat. Bakteri nitrifikasi juga kemoautotrof, mereka melakukan oksidasi NH3 yang dihasilkan dari protein oleh bakteri heterotrof dari hasil perombakan menjadi nitrat. Oksidasi ini menghasilkan energi untuk mendorong reaksi sintesis bakteri tersebut.  Nitrat yang dihasilkan menyediakan keperluan nitrogen bagi tumbuhan. (Anshori, 2011)
Ada dua macam energi yang digunakan oleh makhluk hidup:
1.      Sinar matahari. Organismanya disebut dengan organisma fotosintesis atau di kenal juga dengan organisma fototrofik.
2.      Oksidasi senyawa kimia. Organismanya disebut dengan organisma kemosintesis kemotrofik atau autotrofik 
 Fotosintesis ada 2 macam, yaitu:
1.       Fotosintesis tipe Cynobacteria. Fotosintesis tipe ini sama dengan fotosintesis yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi dengan keseluruhan reaksi adalah.
CO2 + 2H2O ……sinar matahari…… H2O + [ CH2o ]n + O2
                                 klorofil                  
dimana pada sistem fotosintesis ini terdapat 2 fotosistem yaitu fotosistem (PS) I dan II. Aliran elektron dari PS II ke PS I selanjutnya mengubah NADP+ menjadi NADPH. Aliran eletktron yang demikian dikatakan noncyelic phosphorilation. 
2.       Fotosintesis tipe Noncyanobacteria. Kelompok bakteri ini tidak memiliki fotosistim II untuk menfotolisis H2O. Dengan demi kian bakteri ini tidak pernah menggunakan air sebagai reduktan sehingga oksigen tidak pernah di hasilkan dari fotosintesis. Fotosintesis yang demikian berlangsung dalam keadaan anaerob, sehingga dikenal dengan fotosintesis anaerob. Jadi organisma ini memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor hidrogennya Persamaan reaksi secara umum adalah: 
 Sinar matahari
CO2 +2H2A……………………….H2O + [CH2O]n + 2A
                                      klorofil
Berdasarkan tipe pada reduktan dan pigmen fotosintesisnya kelompok bakteri ini dapat di bagi menjadi 3 family yaitu Chlorobiceae,Ceomaticeae, dan
rhodospirillaceae.
1.      Chlorobiceae. Disebut juga dengan  green-sulfur bacteria.  Bacteri ini juga di gunakan hidrogen dan beberapa senyawa mengandung sulfat sebagai reduktanya.
2.      Chromaticeae. Pada prinsipnya sama dengan Chomaticeae tetapi pigmen yang dimilikinya tidak hijau melainkan merah- jingga disebut dengan purle- surful- bacteria.
3.      Rhodospirillaceae. Bakteri ini menggunakan hidrogen dan berbagai senyawa organik sebagai reduktan . contoh: Rhodospirillum, Rhodopseudomonas.

B.     Sintesis Asam Nukleat
            Kromosom yang kita kenal, sesungguhnya adalah rantai DNA (dioxiribo nucleic acid = asam dioksiribo nukleat)  yang pada organisme tingkat tinggi (tumbuhan dan hewan) diselubungi oleh suatu jenis protein yang disebut histon.  DNA merupakan bahan genetik yang menyimpan informasi  genetik (sifat menurun ke generasi  berikutnya) dan dapat dipindahkan. Avery pada tahun 1941 mampu mengubah bakteri  Pneumococcus yang tidak beracun  menjadi  bakteri  yang menghasilkan toksin (racun) dengan cara menambah ekstrak DNA bakteri beracun. Hal tersebut membuktikan bahwa DNA bakteri yang beracun tersebut dapat dipindahkan (ditransformasikan) sifat-sifatnya kepada DNA bakteri generasi  baru. Dengan demikian disimpulkan bahwa bahan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat individu bakteri tersebut adalah DNA.
Sintesis DNA yang akan diteruskan ke sel keturunan  menyediakan mekanisme untuk pembuatan salinan yang tepat melalui penggunaan basa komplementer. Dalam heliks ganda,  setiap  adenin  pada benang I berpasangan dengan timin sebagai komplementernya pada benang II, sedangkan guanin dengan sitosin.
Apabila benang I (b1) direplikasi, maka dihasilkan benang tunggal (b2a) yang identik dengan benang  II  (b2), dan sebaliknya apabila benang II (b2) direplikasi maka akan dihasilkan benang tunggal (b1a) yang identik benang I (b1). Hasil akhir merupakan dua benang heliks yang masing-masing mengandung satu benang pencetak asli dan satu benang baru. Arah replikasi DNA hanya pada  C5 ke C3 sehingga hanya satu benang  yang dapat direplikasi secara utuh dan benang antiparalelnya direplikasi sepotong-sepotong kemudian disambung oleh ensim DNA-ligase.
Pada sintesis RNA, benang DNA positif digunakan sebagai  pencetak  bersama  polimerase. Jika benang DNA positif mempunyai urutan ATGCTAACG, maka akan menghasilkan  RNA dengan  urutan  UACGAUUGC.  Proses  pencetakan RNA dari benang DNA positif ini disebut transkripsi yaitu proses penyalinan pesan DNA kepada benang RNA melalui basa komplementer nukleotida RNA dengan DNA pencetak. Benang baru RNA ini membawa pesan dari DNA untuk pembuatan protein sehingga disebut RNA pesuruh (m-RNA). Proses  sintesis  protein  yang diarahkan oleh m-RNA disebut translasi, yaitu proses pengarahan sintesis protein dari pesan yang dibawa oleh m-RNA. Pesan atau informasi yang dibawa oleh  m-RNA diterjemahkan dalam urutan asam amino. Setiap rangkaian berurutan tiga nukleotida (triplet) dalam m-RNA disebut kodon yaitu seri tiga nukleotida yang berurutan  dalam molekul asam nukleat yang membawa pesan satu asam amino dalam polipeptida. Sebagai contoh, UAC membentuk kodon bagi asam amino tirosin, UCA serin, CAU histidin, dan CUA leusin. (Purnomo, 2004)

C.    Sintesis Peptidoglikan
Peptidoglikan (murein atau mukopeptide) adalah suatu makromolekul raksasa berupa polimer yang berbentuk kantung tunggal yang tersusun oleh jaringan lintasanya.  Peptidoglikan adalah yakni polisakarida yang berikatan dengan protein. Adanya peptidoglikan memberikan bentuk yang kaku pada dinding sel bakteri. Pada bakteri gram positif mengandung peptidoglikan dalam proporsi yang besar, sedangkan pada bakteri gram negatif proporsi peptidoglikannya jauh lebih kecil. Perbedaan struktur dinding sel bakteri berdasarkan peptidoglikannya dapat terlihat sebagai berikut:
Peptidoglikan pada masing- masing bakteri bervariasi dalam komposisi kimiawinya. Peptidoglikan  terdapat dalam sel kering sekitar 2-4% dari berat keringnya. Suatu peptidoglikan terdiri dari:
a.       Asam amino yang berikatan (peptida)
b.      Glukosa ( N-Asetil D-Glukosamin (NAG))
c.       Asam muramat (N-Asetil D-Muramat (NAM))
Unit peptidoglikan terikat pada gugus karboksil asam laktat dari M ke ujung amino suatu tetra peptida, sehingga membentuk hubungan lintas (cross linkied) yang berkesinambungan. Sebagian besar bakteri gram positif memiliki asam amino ketiga berupa lisin sedangkan sebagian besar bakteri negatif berupa asam diaminophimelat.
 Suatu struktur peptidoglikan yaitu:
Sintesi peptidoglikan pada bakteri secara umum adalah:
Sintesis peptidoglikan merupakan proses pembentukan makromolekul yang kompleks  yang berhasil dipelajari dengan baik pada bakteri Gram Positif. Dua buah carrier terlibat antara lain: uridin difosfat (UDP) dan Bactoprenol. Bactoprenol merupakan alcohol yang memiliki panjang rantai karbon sebanyak 55 atom C karbon yang melekat pada NAM melalui  sebuah gugus pirofosfat dan memindahkan komponen peptidoglikan melewati membran hidrofobik.
Secara keseluruhan proses sintesis peptidolikan melibatkan delapan tahapan, yang antara lain adalah :
a.       Derivate UDP pada asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat disintesis di dalam sitoplasma.
b.      Asam amino secara berurutan ditambahkan ke UDP-NAM untuk membentuk rantai pentapeptida (dua ujung D-alanin ditambahkan sebagai sebuah dipeptida).
c.       NAM-pentapeptida ditransfer dari UDP ke sebuah bactoprenol fosfat pada permukaan membran.
d.      UDP-NAG menambahkan NAG ke NAM-pentapeptidauntuk membentuk unit peptidoglikan yang berulang. Jika sebuah jembatran interpeptida pentaglisin diperlukan, glisin akan ditambahkan dengan menggunakan molekul tRNA glisil yang khusus, bukannya ribosom.
e.       Unit berulang Peptidoglikan NAM-NAG yang sudah lengkap kemudian ditransportasikan melalui membran ke permukaan sebelah luarnya dengan carrier bactoprenol pirofosfat.
f.       Unit peptidoglikan kemudian dilekatkan pada ujung rantai peptidoglikan yang sedang tumbuh untuk memperpanjang dengan satu unit peptidoglikan yang berulang.
g.      Carrier bactoprenol kembali ke dalam membran. Sebuah fosfat kemudian dilepaskan selama proses ini untuk memberikan fosfat pada bactoprenol, yang nantinya akan mampu menerima NAM-pentapeptida yang lain.
h.      Akhirnya, hubungan silang peptida antara dua peptidoglikan terbentuk melalui tanspeptidasi. ATP digunakan untuk membentuk ujung ikatan peptida di dalam membran. Tidak ada lagi ATP yang diperlukan ketika transpeptidasi terjadi di luar. Proses yang sama terjadi ketika sebuah jembatan dilibatkan ; hanya gugus yang bereaksi dengan sub terminal D-alanin yang membedakan.
http://htmlimg2.scribdassets.com/2gkqckslxc1hfp5s/images/3-46ee814658.jpg
Menurut diagram tersebut langkah-langkah sintesis peptidoglikan adalah sebagai berikut
  1. Biosintesis dimulai dengan pembentukan formasi UDP-MurNAc melalui kondensasi dari fosfoenol piruvat dengan UDP-GlcNAc dan kemudian dilanjutkan dengan reduksi urutan penambahan dari L-Ala, D-Glu, m-DAP dan D-Ala menghasilkan sebuah formasi dari UDP-MurNAc-pentapeptida. Penambahan setiap asam amino membutuhkan ATP spesifik yang tergantung pada ligase asam amino dan pada akhirnya dua asam amino (D-Ala-D-Ala) ditambahkan sebagai unit dipeptida. Enzim-enzim sitoplasmik mengakomodasi semua reasksi ini.
  2. Sebuah membran tranlokase memindahkan MUrNAc-pentapeptida pada undecaprenil (C55) fosfat ( atau dikenal sebagai bactoprenol fosfat) pada permukaan sebelah dalam dari membran dalam. Lipid tersebut mirip dengan darrier dolichol pada eukariotik yang digunakan dalam sintesis glikan. Produk akhir yang disebut dengan lipid I terdiri dari ikatan pirofosfat.
  3. Sebuah transferase pada permukaan yang sama pada membrane dalam kemudian mentransfer asam N-Asetilglukosamin dari UDP-GlcNAc ke undecaprenil-pirofosfat-MurNAc-pentapeptida. Lipid ytang terpaut pada disakarida pentapeptida disebut dengan muropeptida atau lipid II dan terdapat pada subunit dasar pada bangunan peptidoglikan.
  1. Lipid undekaprenol berperan untuk memindahkan subunit muropeptida menyebrangi membrane dalam. Gen penentuan bentuk telah diidentifikasi bahwa akan mempengaruhi pembentukan/ sintesis dinding selm kemungkinan dengan meregulasi reaksi pemindahan ini. Sekali tereorientasi ke permukaan periplasmik pada membrane plasma, muropeptida akan ditransfer sekaligus untuk menghasilkan peptidoglikan pada sebuah reaksi transglikosilasi. Dua mekanisme ini telah diusulkan untuk kedua reaksi ini : tumbuh dari ujung yang mereduksi (dimana gugus OH ke 4 dari residu asam N-asetilglukosamin nonmereduksi menyerang ikatan MurNAc fosfat dari sebuah rantai peptidoglikan telanjang memindahkan undekaprenil pirofosfat) atau tumbuh dari ujung yang tidak mereduksi (nonmereduksi) (dimana ujung N-aestilglukosamin tidak mereduksi dari rantai peptidoglikan telanjang menyerang ikatan MurNAc fosfat dalam sebuah subunit, dan lagi dengan pembebasan undekaprenil pirofosfat).
  2. Undekaprenil-pirofosfat kemudian memutuskan satu gugus fosfatnya, yang memungkinkannya untuk melakukan transfer yang berulang lagi.
  3. Mekanisme pengendalian panjang rantai belum diketahui secara pasti. Pelepasan rantai peptidoglikan yang baru dipasangkan ke formasi 1,6-anhidroMurNAc pada ujung rantai yang mereduksi. Pelepasan rantai peptidoglikan yang baru diikuti dengan pembentukan inter-rantai hubungan silang melalui transpeptidasi yang membelah pada ujung residu D-Alanin dan menghasilkan dalam transfer pembebasan gugus karboksil pada ujung residu D-Alanin yang baru ke gugus amino pada sebuah unit asam m-DAP dari strand tetangga. Dan struktur terakhir terdiri dari hubungan silang tetrapeptida yang terletak pad tengah-tengah sub-unitnya.
Pada Escerichia coli dan Staphylococcus aureus bentuk peptidoglikannya adalah sebagai berikut:
Sintesis peptidoglikan dimulai dari pengikatatan diamino-gula ke pembawa lipid, dilanjutkan transfer amino gula dari sisi sitoplasma ke sisi periplasma yang dilakukan oleh pembawa lipid yang terbenam di membrane sel, polimerisasi setiap diamino-gula, dan terakhir pembentukan cross-link peptide. Pembawa lipid disebut undakaprenil fosfat atau baktoprenol. Undakaprenil fosfat adalah senyawa C55 isoprenoid fosfat. Undekaprenil fosfat bulan saja pembawa amino-gula, tetapi juga sebagai pembawa precursor lain dalam sintesis dinding sel, misalnya asam tteikoat dan lipopolisakarida. Prekursor dekaprenil difosfat adalah isopentanill difosfat.
Undekaprenil fosfat (lipid-P) yang melekat di sisi sitoplasma membrane sel memutus UMP dari UDPmuramil pentapeptida dan mengikat muramil fosfat pentapeptida, sehingga membentuk kompleks lipid-PP-muramil pentapeptida (lipid-PP-M). Lipid-PP-M memutus UDP dari UDP Asetilglukosamin dan mengikat asetilglukosamin(ikatan B-1,4), sehhingga menghasilkan lipid-diamino-gula (lipid-PP-M-G). Lipid diamino-gula ditransfer dari sisi sitoplasma ke sisi periplasma secara difusi. Kembali terjadai sintesis lipid-diamino-gula. Lipid-diamino-gula ditransfer dari sisi sitoplasma ke sisi periplasma. Dua lipid-diamino gula sekarang ada di sisi periplasma dan melakukan polimerasi, sehingga menghasilkan lipid-tetraamino-gula (Lipid-PP-M-G-M-G) dan melepaskan lipid-PP (undekaprenil pirofosfat). Proses polimerasi berlanggsung terus sampai diperoleh panjang yang diinginkan. Lipid-PP mengalamai hidrolisis oleh undekaprenil pirofosfat membrane sel, mengakibatkan fosfat anorganik terlepas, sehingga terbentuk lipid-P (undekaprenil fosfat). Lipid P menangkap amino-gula untuk sintesis lipid-diamino-gula baru. Pada E.coli undekaprenil piroposfat fosfatase disintesis dari gen bacA. Akan tetapi, penghambatan itu tidak letal.
Pembentukkan ikatan silang (cross-link) peptide memerlukan energy. Reaksi transpeptidasi terjadi pada residu amino ke-3 dengan residu amino ke-4. Gugus amin residu amino ke-3 salah satu polimer peptidoglikan menyerang gugus karbonil residu amino ke-4 peptidoglikan lainnya. Reksi tersebut melepaskan 2 molekul residu amino ke-5. Reaksi transpeptidasi dihambat oleh penisislin dan antibiotika beta-laktam.
Pola Pembentukan Dinding Sel
Untuk dapat tumbuh dan membelah secara efisien sebuah sel bakteri harus menambahkan peptidoglikan yang baru pada didnding selnya secara tepat dan diatur dengan baik ketika sedang mempertahankan bentuk dinding dan kekompakan dalam keadaan tekanan osmotic yang begitu tinggi. Karena pada prinsipnya peptidoglikan dinding sel adalah sebuah selapis jaringan kerja yang begitu luas, maka bakteri yang sedang tumbuh harus bisa mendegradasi petidoglikan untuk pembentukan unit peptidoglikan yang baru. Dan juga perlu untuk mereorganisasi struktur peptidoglikan ketika keadaan memang membutuhkan. Digesti peptidoglikan yang terbatas ini dipenuhi oleh enzim yang dikenal sebagai Autolisin yang beberapa menyerang rantai polisakarida sedangkan yang lainya menyerang hubungan peptida silang. Inhibitor autolysin menjaga aktivitas enzim ini dengan pengawasan yang ketat.
Walaupun pola distribusi sintesis dinding sel bervariasi pada masing-masing spesies, ada dua pola umum yang utama. Banyak bakteri Gram positif kokkus hanya memiliki satu zona hingga sedikit wilayah tumbuh. Prinsip dari zona tumbuh ini biasannya pada sisi formasi septa, dan setengah dari sel baru disintesis back-to-back. Pola kedua sintesis adalah terjadi pada bakteri bacil atau bakteri yang berbentuk batang. Sintesis aktif peptidoglikan terjadi pada formasi septum sama seperti sebelumnya, akan tetapi sisi tumbuh juga tersebar disepanjang porsi silindris pada batang. Sintesis harus memperpanjang bentuk batang untuk membagi mereka. Sekiranya ini sedikit laporan tentang perbedaan pola perkembangan dinding.
Bakteri merupakan organisme prokariotik yang memiliki dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan. Hal ini berbeda dengan tumbuhan yang dinding selnya tersusun dari selulosa, pektin, maupun lignin. Dinding sel bakteri memiliki struktur yang agak kaku yang terletak di luar membran sel. Peranan dinding sel tersebut adalah untuk mempertahankan bentuk sel dan mencegah sel mengalami lisis.
Pada dinding sel bakteri gram positif memiliki molekul tambahan berupa asam teikoat yang terdiri atas gliserol, fosfat, dan ribitol gula alkohol dalam bentuk polimer dengan panjang 30 unit. Polimer-polimer tersebut terkadang memanjang sampai keluar dari dinding sel dan kapsul (Gambar 3). Pada bakteri gram positif  memiliki lapisan peptidoglikan yang relatif tebal dengan ukuran 20-80 nm. Lapisan peptidoglikan tersebut menempel pada permukaan luar membran sel. Bakteri jenis ini tidak memiliki membran luar maupun ruang periplasmik. Sehingga dengan menggunakan pewarnaan gram (Hans Christian Gram), maka bakteri ini akan nampak berwarna ungu.

Adapun pada bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan bakteri gram positif. Komposisi peptidoglikan sekitar 10-20% dan sisanya berupa polisakarida, protein, dan lipid. Dinding sel terdiri atas membran luar yang menyusun permukaan luar dinding dan berbatasan dengan ruang periplasmik yang sangat sempit (Gambar 4). Pada pewarnaan gram, bakteri ini tidak bisa mempertahankan warna kristal violet pada tahap dekolorisasi. Hal ini dikarenakan dinding selnya sangat tipis dan jumlah lipoprotein serta lipopolisakarida banyak pada dinding sel.





REFERENSI
Anshori, Fitrah. 2011. “Kemosintesis”. http://biologi-news.blogspot.com/2011/01/kemosintesis.html. diakses pada 27 Oktober 2012
Priani, Nunuk. 2003. “Metabolisme Bakteri”. USU Digital Library
Purnomo, Bambang. 2004. “Bahan Kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi”.
Salle, A. J. 1943. “Fundamental Principle of Bacteriology” New York and London: Mc GRAW-HILL BOOK COMPANY Inc.

0 komentar:

Posting Komentar